11 Jan 2019
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mukomuko melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), akan mengasuransikan kelompok budidaya ikan patin dan nila di daerah tersebut. ”Khusus kelompok budidaya kedua jenis ikan itu kita masukkan sebagai peserta asuransi,” sampai Kepala DKP Kabupaten Mukomuko, Eddy Aprianto SP MSi. Tujuannya, kata Eddy, jika kelompok budidaya tersebut gagal panen yang diakibatkan terserang penyakit atau akibat bencana alam, maka pembudidaya ikan itu akan mendapatkan asuransi. Jumlah asuransi yang bakal diterima kepada kelompok, disesuaikan dengan nilai produksi ikan yang dibudidayakan. “Asuransi yang diterima akan disesuaikan dengan nilai kerugian kelompok. Program ini di mulai tahun 2019,”bebernya. Jajarannya hingga saat ini, tengah melakukan sosialisasi kepada kelompok budidaya ikan nila dan patin. Selanjutnya dilakukan pendataan kelompok yang akan mendaftarkan sebagai peserta asuransi budidaya. Ia juga menyampaikan, kelompok budidaya ikan yang bakal di asuransikan itu, syarat utamanya adalah kelompok yang bersangkutan sudah berbadan hukum. “Syarat utamanya kelompok sudah berbadan hukum. Kita imbau kelompok memanfaatkan program yang dikucurkan pemerintah yang sangat positif diperuntukan bagi kelompok budidaya ikan yang bersangkutan,”ungkap Eddy.(900) Sumber : bengkuluekspress.com/kelompok-budidaya-ikan-diasuransikan
Lebih LanjutAwal tahun baru saja dimulai. Tidak ada peristiwa penting pada akhir tahun lalu, kecuali masih dag-dig-dug, siapa Presiden RI terpilih 2019. Siapa pun presidennya, masa kampanye yang delapan bulan itu dinilai terlalu lama. Dunia usaha masih terus wait and see. Bank-bank memang sedang mencari likuiditas akibat ekspansi yang terlalu agresif pada 2018 lalu. Berikut ini catatan awal 2019 yang menjadi titik perhatian bagi sektor perbankan. Bank-bank terus menjaga likuiditasnya dengan menaikkan suku bunga, dan tentu akan memengaruhi persaingan bank. Bank besar dan bank menengah (bank umum kegiatan usaha/BUKU 3 dan BUKU 4) akan menjadi pemenang dalam perebutan likuiditas. Bank-bank penghuni BUKU 1 dan BUKU 2 akan menaikkan suku bunga lebih tinggi lagi. Itu artinya, margin bank-bank kelompok BUKU 1 dan BUKU 2 akan tergerus lagi. Pertanyaannya, sampai berapa lama bank-bank ini akan kuat bertahan ketika net interest margin (NIM), return on assets (ROA), turun dengan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BO/PO) yang mendaki. Dan, jika BO/PO dikurangi atau efisiensi dilakukan, bank-bank tersebut akan mendapatkan sumber daya manusia (SDM) dengan kualitas kelas 3 atau bahkan kelas 4. Menurut catatan Biro Riset (birI), satu-satunya kekuatan bank penghuni BUKU 1 dan BUKU 2 adalah masih memiliki capital adequacy ratio (CAR) yang relatif tinggi sehingga otoritas tidak bisa berbuat apa-apa. Namun, jika dibuat semacam stress test dengan asumsi suku bunga 1%-2% di atas suku bunga pasar (special rate), setiap tahun akan terjadi kerawanan likuiditas dan profitabilitas. Untuk itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), termasuk Bank Indonesia (BI) lewat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), membuat semacam task force percepatan konsolidasi. Ada baiknya OJK meminta bank-bank besar untuk membantu konsolidasi. Caranya, bank-bank besar menerbitkan obligasi, lalu obligasi itu dibeli oleh LPS. Dananya untuk mengakuisisi bank-bank ini dalam rangka konsolidasi. Sedia payung sebelum hujan. Dari sisi waktu memungkinkan karena kondisi bank masih sound. Jangan sampai kondisi bank sudah kalang kabut, baru kita melakukan konsolidasi. Belum lagi kena sodok dari bank-bank yang dimiliki pihak asing yang sudah lebih dulu melakukan konsolidasi. Ada baiknya OJK memikirkan langkah itu daripada harus sibuk mengurus Bank Wakaf yang semua tahu itu lebih banyak gerakan politik daripada gerakan ekonomi. Apalagi, musim pemilu sebentar lagi datang. Sudah waktunya kita semua berpikiran besar dengan kembali pada tugas utama OJK mengawasi sektor jasa keuangan yang selama ini diamanatkan sebagai lembaga pengawasan jasa keuangan yang independen. Jika lebih kritis lagi, dari mana sumber dana Bank Wakaf? Bagaimana jika yang menyumbang itu adalah pemilik bank atau asuransi, multifinance dan kebetulan banknya atau asuransi dan multifinancenya bermasalah, apakah bisa independen dan tegas dalam mengawasi? Sekali lagi, dorongan agar OJK melakukan percepatan konsolidasi perbankan ini bukan bermaksud apa-apa. Namun, sudah semestinya OJK melakukan hal-hal yang lebih besar, terutama kepada perbankan yang menjadi market share terbesar pasar keuangan. Konsolidasi sektor asuransi dan multifinance juga penting. Sering kita mendengar, jika ada lembaga keuangan bermasalah, pejabat OJK lebih enteng mengatakan, itu kerjaan periode OJK sebelumnya. Sikap itu bukanlah sikap profesional, tapi lebih pas sebagai perilaku politisi. Catatan awal tahun ini, persoalan likuiditas, tekanan non performing loan (NPL) karena credit at risk perbankan masih di atas 10%, maka risiko kredit masih tetap besar. Apalagi, dunia cepat bergoyang ke kiri dan ke kanan. Untuk itu, bank-bank harus sedia payung sebelum hujan. Sudahkah dibuat peta jalan perbankan ke depan di era industri 4.0? Sudahkah dibangun peta jalan asuransi dan multifinance yang mulai berjatuhan? Awal tahun ini masih tetap wait and see, masih sibuk dengan urusan mencari presiden. Bank-bank dan dunia usaha menunggu “hajatan besar” itu dulu. Kondisi tak lebih baik daripada tahun lalu. Kerawanan likuiditas masih tetap ada. Sumber : id.investing.com/news/economy-news/catatan-awal-2019-kerawanan-likuiditas-dan-konsolidasi-bank-406149
Lebih LanjutIndustri asuransi umum terus mencatatkan kinerja positif. Sayangnya pertumbuhan hasil investasi asuransi umum masih mini karena pelaku usaha memilih konservatif dalam memilih instrumen investasi ketika pasar masih tertekan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, sampai Oktober 2018, industri asuransi umum meraih hasil investasi Rp 3,46 triliun, atau tumbuh 3,9% dibandingkan Oktober tahun lalu sebesar Rp 3,33 triliun. Meski tumbuh tipis, tapi porsi dana investasi asuransi umum masih tumbuh 10,58% menjadi Rp 71,35 triliun pada Oktober 2018. Di tengah kondisi pasar yang tertekan, pelaku usaha masih mengandalkan instrumen investasi deposito sebesar 35,99% dari total dana investasi. Kemudian disusul instrumen reksadana 21,49%, diikuti SBN 12,99%, obligasi korporasi 11,40% dan selanjutnya saham 5,8%. Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody Achmad Sudiyar Dalimuthe menjelaskan, bahwa pelaku usaha lebih memilih instrumen deposito dan reksadana karena cenderung stabil serta lebih tahan terhadap fluktuasi indeks harga saham gabungan (IHSG). “Asuransi umum memang sangat hati-hati dan konservatif memilih portofolio investasi. Yang pasti, pelaku usaha memilih instrumen yang likuid sehingga bisa membayar klaim asuransi,” kata Dody di Jakarta, ketika ditemui beberapa waktu lalu. Sementara untuk pemilihan surat berharga negara (SBN), industri hanya memenuhi ketentuan pemerintah bahwa pelaku usaha minimal berinvestasi ke SBN sebanyak 20% dari total investasi perusahaan. Kewajiban itu termuat dalam Peraturan OJK (POJK) Nomor 1 tahun 2016 tentang Investasi Surat Berharga Negara Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank. Menurutnya, ketika kondisi pasar saham sedang memerah, industri akan mengalihkan investasi ke reksadana. Namun, kata dia, industri asuransi umum tidak terlalu agresif melakukan perombakan investasi jika dibandingkan asuransi jiwa yang menjanjikan target hasil investasi ke nasabah, serta periode investasi yang juga lebih panjang. Tumbuh Positif Pemilihan portofolio investasi mempengaruhi kinerja hasil investasi memang dibenarkan oleh salah satu perusahaan asuransi yang ada di Indonesia. Sampai November 2018, perusahaan asuransi umum ini sukses mencatatkan kinerja hasil investasi tumbuh 7% secara year on year (yoy). Kepala Divisi Investasi perusahaan tersebut Tjandra Irawan mengatakan, keberhasilan itu berkat pemilihan instrumen investasi yang sebagian besar ditaruh ke deposito, surat berharga pemerintah dan surat berharga korporasi. “Investasi tersebut meningkat dibarengi pendapatan tetap yang diperoleh dari bunga deposito dan kupon obligasi,” ungkapnya. Dengan pencapaian tersebut, perusahaan tersebut di tahun depan telah menyiapkan strategi untuk meningkatkan kinerja hasil investasi perusahaan. Salah satunya, perusahaan akan memberikan porsi yang lebih besar pada istrumen deposito seiring ekspetasi kenaikan suku bunga perbankan di tahun 2019. Sumber : keuangan.kontan.co.id/news/hasil-investasi-asuransi-umum-hanya-tumbuh-mini
Lebih LanjutTraveling membuka mata dan mengubah hidup. Namun juga bisa membuat Anda cemas bahkan stres. Tak peduli seberapa siap Anda untuk traveling, kadang ada suatu hal yang salah. Menurut pakar perjalanan Breffni Horgan, kecemasan sebelum melakukan perjalanan apa pun sangat normal. "Bepergian ke wilayah asing, jadi bagian dari semua kegembiraan dan salah satu alasan mengapa aku ingin mendorong wanita bepergian terlebih sendirian, akan membuat Anda lebih percaya diri, menemukan diri Anda, dan terinspirasi secara kreatif. Itu semua benar,” ujar Horgan. Namun supaya traveling Anda berkesan, ketahui beberapa kesalahan yang dilakukan orang saat mereka bepergian. Selain itu juga beberapa tips untuk menghindarinya sehingga dapat menikmati perjalanan Anda sepenuhnya. #1. Tidak membagi waktu Ketika Anda merencanakan rencana perjalanan, Anda harus merencanakan hal-hal seperti penerbangan Anda tiba terlambat, perjalanan ke hotel Anda, dan tersesat. "Memiliki penyangga waktu tambahan dapat membantu mengatasi stres dan kegelisahan seputar perjalanan, terutama selama musim liburan yang sibuk," kata psikoterapis Heidi McBain, MA, LMFT."Ini bisa membantu kamu tiba di tujuan dengan tenang dan rileks, dan kesehatan mentalmu masih baik!" #2. Tidak mendapatkan asuransi traveling Asuransi perjalanan mungkin mahal, tetapi lebih mahal harus membayar untuk penerbangan baru ketika Anda pesan. Sulit untuk memprediksi apa yang akan muncul, apakah itu kesempatan yang mengharuskan Anda untuk berada di tempat lain atau bahaya keamanan yang membuat Anda menghindari bagian tertentu daerah tertentu. Itu sebabnya Katie Dillon, pakar perjalanan, merekomendasikan untuk membeli asuransi perjalanan. "Salah satu kesalahan terbesar yang bisa dilakukan orang saat bepergian adalah dengan mengabaikan asuransi perjalanan," katanya. "Ini dapat menyebabkan orang melakukan perjalanan saat mereka tidak mau, atau kehilangan uang pada tiket pesawat prabayar karena mereka tidak dapat melanjutkan perjalanan yang direncanakan." #3. Harus mengunjungi setiap tempat wisata Ada rasa takut terlewatkan yang muncul saat bepergian, sehingga membuat Anda merasa wajib untuk mengunjungi setiap objek wisata. Tetapi Anda harus merencanakan perjalanan di sekitar apa yang Anda inginkan, bukan apa yang menurut Anda harus dilakukan. #4. Kurang tidur atau makan Masa ketidaknyamanan fisik dapat mengurangi esensi perjalanan Anda, jadi berhati-hatilah untuk menghindarinya. Pastikan Anda cukup istirahat, tidur serta makan. #5. Kurang bersabar Kebanyakan orang, ketika mereka bepergian, memiliki harapan yang tidak realistis bahwa semuanya akan berjalan dengan baik dalam perjalanan mereka. Patricia Hajifotiou, penulis Travel Like You Mean It !, mengatakan ketika itu terjadi, Anda perlu mengingat dua hal. “Aku menyebutnya dua hal: Kesabaran dan Perspektif,” ujarnya. Misalnya, Hajifotiou dan sebuah kelompok baru-baru ini naik kereta api dari Perancis ke Barcelona dan tiba-tiba berhenti karena banjir. Alih-alih mengeluh, mereka menganggapnya sebagai kesempatan untuk menjelajahi kota. "Jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan Anda dan Anda marah atau kesal' Anda tidak akan memotivasi siapa pun untuk membantu Anda (terutama staf yang tergesa-gesa), dan yang paling penting, Anda akan kehilangan elemen penting itu dalam setiap perjalanan: kebahagiaan,” katanya. #6. Melewatkan riset Hotel dan objek wisata tidak selalu seperti yang ditampilkan online. Itu sebabnya penting untuk meminta rekomendasi dan membaca ulasan sebelum memesan apa pun. Pastikan hotel yang akan dikunjungi benar-benar berbintang, seperti dinyatakan dalam konten liburan, foto-foto dari pelancong online cocok dengan gambar situs web perjalanan, dan dekat dengan fasilitas local. #7. Tetap di zona aman Ketika kita menjelajah ke lokasi geografis baru, kita juga harus meregangkan batasan emosional. Salah satu kesalahan terburuk yang bisa dilakukan seorang pelancong adalah terlalu takut untuk mencoba hal-hal baru. Traveling, apakah itu hiking, atau bermalasan di resor pasti akan menawarkan pengalaman baru dan menarik di mana pun Anda berada. Sumber : cantik.tempo.co/read/1160253/7-kesalahan-yang-sering-dilakukan-saat-traveling-sendirian/full&view=ok
Lebih LanjutAsosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) memproyeksi industri asuransi umum akan mencatatkan pertumbuhan gemilang di tahun 2019. Diperkirakan industri ini bisa meraih pertumbuhan premi minimal di angka 10%. Direktur Eksekutif AAUI Dody A.S Dalimunthe mengatakan, pertumbuhan premi tersebut disebabkan sejumlah faktor. Pertama, tahun depan diperkirakan tingkat kesadaran masyarakat menggunakan produk asuransi meningkat. “Kami mengharapkan kebijakan ekonomi yang dijalani pemerintah saat ini bisa tercapai sehingga bisa meningkatkan pembelian produk asuransi di masyarakat juga naik. Dengan begitu, semakin banyak pengguna asuransi berarti premi yang diperoleh perusahaan asuransi meningkat,” kata Dody di Jakarta. Sedangkan faktor kedua, memasuki tahun politik di tahun depan akan memberikan dampak terhadap peningkatan konsumsi masyarakat, termasuk pada pembelian produk asuransi. Bahkan sejumlah calon legislatif menjanjikan pemberian produk asuransi bagi masyarakat yang memilihnya di pemilihan umum (pemilu) nanti. Meski demikian, ajang pemilihan wakil rakyat tersebut membuat kondisi perekomian sulit diprediksi. Karena, menurut dia, itu semua masih bergantung pada kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintahan baru, apakah mempengaruhi bisnis asuransi atau tidak. “Kondisi belum bisa terprediksi karena tahun depan tahun politik. Pergantian pemerintah bisa mengubah kebijakan tapi kami harap tidak menurunkan tingkat ekonomi. Dengan kondisi itu kami memilih memproyeksi pertumbuhan asuransi umum moderat saja,” tambah Dody. Memasuki tahun politik juga memberikan dampak terhadap produk asuransi dalam kategori simple risk, yaitu produk asuransi umum atau kerugian yang tingkat risiko dan perhitungan teknis produknya sederhana, serta standar risiko tidak menggunakan perluasan jaminan. Seperi asuransi kendaraan bermotor, asuransi kebakaran dan kecelakaan diri. “Karena biasanya orang-orang melihat potensi risikonya cukup tinggi dan segera mengasuransikan. Kemudian, perputaran uang yang tinggi di tahun politik membuat orang-orang rajin berbelanja seperti mobil dan juga ikut diasuransikan,” ujarnya. Naikkan target Salah satu perusahaan ternama yang ada di Indonesia menargetkan perolehan premi lebih tinggi di tahun depan. Direktur Operasi Ritel Sahata L. Tobing menyebut, perusahaan menargetkan premi sebesar Rp 6,2 triliun, naik 10,71% dari target tahun ini, yaitu Rp 5,6 triliun. Perusahaan tersebut telah menyiapkan lima langkah strategi demi mencapai target tersebut. Antara lain, meningkatkan sumber daya manusia (SDM), penguatan layanan berbasis teknologi, memperluas pangsa pasar yang berkolaborasi dengan perusahaan fintech. Di samping itu, mengenalkan merek jual melalui pemasaran secara digital, penambahan produk korporasi dan retail, serta mempermudah proses pembayaran klaim. “Strategi ini diharapkan dapat meningkatkan performa asuransi dan premi bruto di tahun depan. Kami menargetkan premi bruto sekitar Rp 6,2 triliun di tahun 2019,” terang Sahata. Perusahaan tersebut kian optimistis bisa mencapai target tersebut karena telah sukses mencatatkan kinerja gemilang di tahun ini. Sampai September 2018, perusahaan telah meraih premi Rp 3,37 triliun, naik Rp 189 miliar dari periode yang sama di tahun lalu. Sumber : keuangan.kontan.co.id/news/premi-asuransi-umum-diproyeksi-tumbuh-10-pada-2019
Lebih LanjutPertumbuhan kredit tahun ini hingga 14% secara tahunan (year-on-year/yoy) tidak akan tercapai. Pasalnya per November pertumbuhan kredit justru melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan kredit naik 12,05% pada bulan kesebelas tahun ini. Angka terakhir pada Oktober 13,35% yoy. Dia menjelaskan pelemahan mata uang rupiah membuat kredit valas naik tinggi saat dikonversi. “Sekarang November nilai tukar sudah melandai lagi, ini menjadi lebih rendah dalam ekuivalen rupiah,” katanya di Jakarta. Kendati melambat, Wimboh masih optimistis pertumbuhan kredit setidaknya akan sesuai ekspektasi otoritas pada awal tahun. “Desember pasti lebih tinggi dari 12%, bisa 13%,” tambahnya. Adapun berdasarkan hasil Survei Perbankan Bank Indonesia pada triwulan ketiga 2018, hampir seluruh responden yakin permintaan kredit akan lebih baik pada tiga bulan terakhir dibandingkan dengan periode Juni—September. Menurut Kepala Departemen Statistik BI Yati Kurniati, bank yang menjadi responden menyimpan harapan di tengah kondisi yang masih menantang. Selain itu perusahaan-perusahaan yang memiliki fungsi intermediasi ini juga akan berlomba untuk mengejar target pertumbuhan pada sisa waktu terkahir tahun ini. Mengutip Survei Perbankan Bank Indonesia, pertumbuhan triwulanan kredit baru cenderung melambat pada kuartal III/2018. Hal ini tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru periode tersebut yang turun menjadi 21,2%, dibandingkan dengan kuartal II/2018 yang mencapai 90,3%. Perlambatan bersumber dari semua jenis penggunaan kredit, baik modal kerja, investasi, maupun konsumsi. Namun hasil survei mengindikasikan kuartal IV/2018 akan jauh lebih baik. SBT kredit baru meningkat menjadi 94,8% didorong oleh optimisme responden seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat, risiko penyaluran pendanaan rendah, dan naiknya rasio kecukupan modal (car adequacy ratio/CAR). Sumber : finansial.bisnis.com/read/20181220/90/871370/pertumbuhan-kredit-14-tak-tercapai-karena-melambat-di-november
Lebih LanjutFrequently Asked Question
Pengaduan Konsumen